Maaf nih bila judul diatas berasa agak menyinggung. Tetapi tak ada salahnya juga bila kita berkaca. Secara global negara kita tercinta mendapati posisi 7 terbesar negara dengan prosentase penggunaan software bajakan menurut riset Business Software Alliance (BSA) dan Ipsos Public Affairs 2010. Yah meskipun anti-piracy digembar-gemborkan disana-sini. Razia software bajakan juga tidak jarang dilakukan aparat. Tapi tidak menutup hasrat pengguna yang ingin menggunakan komputernya sebagai alat bekerja dengan menggunakan software bajakan.
(sumber: www.bhinneka.com, blog.digitalcontentproducer.com)
Saya adalah seorang mahasiswa desain. Pastilah saya menggunakan software-software desain dalam merampungkan tugas kuliah. Mungkin kalau ditanya sih, dulu saya akan menjawab “Lha wong buat belajar. Apa salahnya?” tapi masalahnya sekarang, tak sedikit desain saya sudah dipakai orang lain. Pernah saya bekerja di salah satu design agency, disana mereka juga menggunakan software bajakan untuk memuaskan klien-klien mereka. Kalau dilihat dari kondisinya, pasti mereka akan rugi puluhan juta rupiah hanya untuk pengadaan software.
Beberapa teman saya sempat merekomendasikan untuk menggunakan produk Mac karena kata mereka software yang digunakan dalam lini produk Mac pasti asli dan sudah bundled dalam penjualannya. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Untuk OS (Operating System) Mac seperti Lion, Leopard, Snow Leopard, mereka memang dibundled dalam penjualan komputernya dan beberapa software pendukung lainnya. Tetapi bila masih menginginkan produk lain semisal produk-produk Adobe dan Autodesk, tentunya berbayar dan berlisensi.
Tak sedikit juga bila saya mendengar teman-teman saling berbagi software baik itu aplikasi maupun game. Pertanyaan yang selalu muncul adalah :
A: Punya Ad**e P********p ga?
B: Ada tuh, copy aja.
A: Udah sama cracknya kan?
B:Adaaa
Kalau sudah melihat hasilnya, tak sedikit karya-karya desain teman-teman tersebut yang sangat menarik. Kalau kita sering mengunjungi situs DeviantArt (http://www.deviantart.com) disitu banyak sekali karya-karya dari artis atau desainer atau pelajar indonesia yang sudah memiliki kemampuan luar biasa dalam olah grafis yang tentunya menggunakan software grafis sebagai sarana menciptakan karya tersebut. Cobalah iseng search dengan keyword “indonesia”, akan ditemukan sekitar 100.000 karya dengan tema itu. Yang juga kemungkinan besar dibuat oleh orang indonesia. Tetapi, bagaimana sifat karya desain tersebut?
(www.deviantart.com)
Memang, harga software bisa dibilang mahal dan susah dijangkau apalagi kata para pelajar. Terkadang juga pemikiran kita masih harus menggunakan software yang paling up-to-date atau versi yang memiliki fitur paling lengkap. Saya ambil contoh Adobe Master Collection CS5 berharga Rp. 29.271.000,00 (http://www.bhinneka.com/category/software_creative_and_graphic_design_-_retail.aspx). Untuk versi bajakannya bisa didapat dengan harga mencapai Rp. 120.000,- saja. WhaTD!
Daftar harga software retail
(http://i217.photobucket.com/albums/cc204/thewaterlemon/adobeprice.html)
Hal yang bisa dicermati dalam fenomena ini adalah kita patut berbangga hati bahwa desain-desain kita sudah banyak diapresiasi masyarakat. Mungkin tak hanya masyarakat lokal saja, tetapi sudah merambah tingkat nasional dan internasional. Tak jarang juga pameran-pameran yang menampilkan desain dan karya seni anak muda Indonesia.
Untuk soal kemampuan dan keahlian sudah sangat mumpuni lah. Tetapi bagaimana dengan integritas dalam berkarya? Agak miris memang bila banyak yang bangga dengan karyanya padahal dibuat dengan software bajakan. Malah ada yang sampai marah-marah kalau tahu desain buatannya diplagiat oleh orang lain. Memang tidak mudah dan tidak murah. Tapi malah salah bila tidak diusahakan. Toh masih bisa dikejar. Banyak dari teman saya yang mengaku tidak mampu memberi harga desain tertentu. Bila dilihat dari kondisinya mungkin bisa jadi mereka merasa tidak ada modal awal. Anggap saja media komputer atau laptop yang mereka miliki dibelikan oleh orang tua mereka dan software di dalamnya yang bajakan atau isitilahnya "tinggal copy", sehingga mereka tidak merasa mengeluarkan uang sepeser pun untuk mendesain.
Untuk masalah ini sepertinya runyam ya? Masih belum ada solusi yang benar-benar menyelesaikan masalah ini dengan total. Adobe sempat mengeluarkan Adobe Master Collection CS5: Teacher and Student Edition yang khusus digunakan untuk pendidikan. Meskipun harganya turun hingga $899 (sekitar 8 jutaan rupiah) tetapi masih juga dengan limitasi jenis produk.
Contoh software open source
(www.google.com)
Adanya software open source yang bersifat free-license pun juga masih belum mampu menggantikan software-software sekelas Adobe di hati pengguna software bajakan. Aplikasi vector Inkscape misalnya, tentu memiliki cita rasa dan kemampuan yang jauh berbeda bila disandingkan dengan Adobe Illustrator.
Harapan penulis adalah adanya perhatian khusus dari vendor software, terutama pada harga yang lebih baik bagi kantong para pelajar. Dan juga bagi pihak pendidikan terkait untuk memberikan fasilitas bagi pelajar dan tidak malah memberi contoh untuk menggunakan software bajakan. Harapannya adalah karya teman-teman yang sangat menarik dilihat dan juga pantas dihargai dan nyaman di hati.
1 comments:
yah sekarang pilihannya ada di kita apakah kita bakal tetap menggunakan software bajakan, atau menggunakan software yang open source, atau tetap berkarya menggunakan software bajakan namun berusaha membeli software original (dari hasil pekerjaan kita) yang mana memerlukan waktu yang cukup lama serta kesadaran yang cukup tinggi. Tentu akan beda cerita jika harga softwarenya sendiri mulai murah, atau indonesia sudah mampu membuat software design yang setara dengan produk luar hahaha
Post a Comment