This is default featured slide 1 title

Menilik perkembangan teknologi dengan sudut pandang seorang desainer grafis muda

This is default featured slide 2 title

Menilik perkembangan teknologi dengan sudut pandang seorang desainer grafis muda

This is default featured slide 3 title

Menilik perkembangan teknologi dengan sudut pandang seorang desainer grafis muda

This is default featured slide 4 title

Menilik perkembangan teknologi dengan sudut pandang seorang desainer grafis muda

This is default featured slide 5 title

Menilik perkembangan teknologi dengan sudut pandang seorang desainer grafis muda

Tuesday, March 20, 2012

Desainer Buta Tuli

                Maaf lho ya sebelumnya kalau judul tulisan ini mirip seperti tulisan akan seorang desainer yang jadi motivator, hehehe.  Sebenarnya yang ingin saya bicarakan ini adalah kita-kita sebagai desainer yang buta dan tuli, bahkan bisu. WhatD!
                “Mana mungkin seorang desainer buta?” mungkin itu yang tersirat dalam pikiran Anda. Tetapi toh memang kita buta. Saya sendiri mengakui bahwa saya ini buta, buta aksara. Ya, saya memang tidak bisa membaca dan menulis. Bahasa pemrograman.
                Berapa banyak diantara desainer sekitar kita yang paham akan bahasa pemrograman? Saya boleh bilang sedikit. Tak jarang saya menerima orderan untuk mengerjakan sebuah website baik itu menggunakan Flash ataupun CSS atau Java. Tapi sebagian besar orderan itu saya tolak karena saya tidak menguasai dengan penuh bahasa pemrograman Java atau CSS. ActionScript Flash pun juga hanya sebagian kecil yang saya pahami. Jikalau saya menerima orderan tersebut saya menggunakan CMS semacam Joomla! sebagai media saya dalam membuat sebuah website. Oh iya, tak jarang juga lho yang memesan website tadi kawan-kawan desainer saya juga.



                Ya memang kelebihan masing-masing orang berbeda, kawan-kawan saya yang memilih berkecimpung dalam dunia ilustrasi ya mereka cenderung mendalami ilustrasi dan sudah melupakan modelling 3D atau pemrograman ActionScript Flash yang didapat saat kuliah. Yang ingin saya fokuskan kali ini adalah bahasa pemrograman website seperti MySQL, PHP, HTML, dan CSS.
                Apa sih pentingnya belajar HTML dan CSS? Padahal kan sudah ada CMS dan Dreamweaver yang bisa digunakan meskipun tidak menguasai bahasa pemrograman. Sebenarnya desain adalah tampilan luar dari sebuah website agar menjadi user-friendly. Tampilan sebuah website sejatinya adalah kumpulan bahasa pemrograman yang tidak semua manusia bisa membacanya ( :p ).



Padahal jika kita tahu bahasa pemrograman tersebut tentunya sangat membantu dan membuat pekerjaan kita lebih mudah lho, misalnya :
1.       Kita bisa memiliki kontrol penuh terhadap website dan tidak tergantung pada template atau add-on tertentu. Dan script juga tentunya akan lebih rapi dilihat serta ringkas. Terutama jika kita memerlukan kode PHP dalam proyek Dreamweaver kita, maka mengetahui kode HTML dan CSS itu wajib hukumnya.


2.       HTML dan CSS termasuk bahasa pemrograman yang tidak terlalu berat logikanya. Lebih mudah daripada bahasa C atau Direct3D. Hanya saja banyak fitur-fitur yang harus dikuasai.

3.       Menurut pengalaman pribadi, jika menggunakan CMS dan ingin memodifikasi CMS tersebut terutama ingin merubah susunan template atau mengubah tabel database, maka menguasai HTML, CSS, dan PHP amatlah diperlukan. Hal ini juga terjadi jika ingin membuat sebuah aplikasi yang berbasis web.
tampilan GUI Joomla!

4.       Dreamweaver juga bukan merupakan solusi yang baik untuk membuat sebuah website yang berbasis GUI terlebih karena lisensinya berharga $399. Tentu saya berkata lain bila Anda menggunakan software bajakan. (baca post saya sebelumnya Kita Desainer Bajakan? - WhatD! ). Sebagai pilihan bisa menggunakan Geany (http://www.geany.org) atau Notepad++ (http://www.notepad-plus-plus.org)


tampilan Geany
tampilan Notepad++

5.        Penggunaan Dreamweaver dan dan coding manual tentu dapat dipadukan. Kita tidak bisa hanya mengandalkan Dreamweaver. Itu bisa menjadi kelemahan besar kita. Jika kita perlu membuat web dengan tingkat kesulitan tinggi. Mungkin terlihat simpel, memasukkan kode PHP dan database sederhana dalam website kita contohnya, menguasai CSS dan HTML sangatlah penting.

Singkat kata, menguasai bahasa pemrograman contohnya website, animasi interaktif,
hingga yang rumit-rumit semacam animasi 3D, rendering 3D, dsb sangatlah penting. Seorang desainer tentunya jauh lebih mampu mengeksplore kemampuan olah software grafisnya.

Sumber :  http://bytes.com/topic/html-css/answers/893987-html-vs-wordpress-vs-dreamweaver

Tuesday, March 6, 2012

Kita Desainer Bajakan ?

                Maaf nih bila judul diatas berasa agak menyinggung. Tetapi tak ada salahnya juga bila kita berkaca. Secara global negara kita tercinta mendapati posisi 7 terbesar negara dengan prosentase penggunaan software bajakan menurut riset Business Software Alliance (BSA) dan Ipsos Public Affairs 2010. Yah meskipun anti-piracy digembar-gemborkan disana-sini. Razia software bajakan juga tidak jarang dilakukan aparat. Tapi tidak menutup hasrat pengguna yang ingin menggunakan komputernya sebagai alat bekerja dengan menggunakan software bajakan.
(sumber: www.bhinneka.com, blog.digitalcontentproducer.com)

                Saya adalah seorang mahasiswa desain. Pastilah saya menggunakan software-software desain dalam merampungkan tugas kuliah. Mungkin kalau ditanya sih, dulu saya akan menjawab “Lha wong buat belajar. Apa salahnya?” tapi masalahnya sekarang, tak sedikit desain saya sudah dipakai orang lain. Pernah saya bekerja di salah satu design agency, disana mereka juga menggunakan software bajakan untuk memuaskan klien-klien mereka. Kalau dilihat dari kondisinya, pasti mereka akan rugi puluhan juta rupiah hanya untuk pengadaan software.
                Beberapa teman saya sempat merekomendasikan untuk menggunakan produk Mac karena kata mereka software yang digunakan dalam lini produk Mac pasti asli dan sudah bundled dalam penjualannya. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Untuk OS (Operating System) Mac seperti Lion, Leopard, Snow Leopard, mereka memang dibundled dalam penjualan komputernya dan beberapa software pendukung lainnya. Tetapi bila masih menginginkan produk lain semisal produk-produk Adobe dan Autodesk, tentunya berbayar dan berlisensi.
                Tak sedikit juga bila saya mendengar teman-teman saling berbagi software baik itu aplikasi maupun game. Pertanyaan yang selalu muncul adalah :
                A: Punya Ad**e P********p ga?
                B: Ada tuh, copy aja.
                A: Udah sama cracknya kan?
                B:Adaaa
Kalau sudah melihat hasilnya, tak sedikit karya-karya desain teman-teman tersebut yang sangat menarik. Kalau kita sering mengunjungi situs DeviantArt (http://www.deviantart.com) disitu banyak sekali karya-karya dari artis atau desainer atau pelajar indonesia yang sudah memiliki kemampuan luar biasa dalam olah grafis yang tentunya menggunakan software grafis sebagai sarana menciptakan karya tersebut. Cobalah iseng search dengan keyword “indonesia”, akan ditemukan sekitar 100.000 karya dengan tema itu. Yang juga kemungkinan besar dibuat oleh orang indonesia. Tetapi, bagaimana sifat karya desain tersebut?
(www.deviantart.com)

                Memang, harga software bisa dibilang mahal dan susah dijangkau apalagi kata para pelajar. Terkadang juga pemikiran kita masih harus menggunakan software yang paling up-to-date atau versi yang memiliki fitur paling lengkap. Saya ambil contoh Adobe Master Collection CS5 berharga Rp. 29.271.000,00 (http://www.bhinneka.com/category/software_creative_and_graphic_design_-_retail.aspx). Untuk versi bajakannya bisa didapat dengan harga mencapai Rp. 120.000,- saja. WhaTD!

Daftar harga software retail
(http://i217.photobucket.com/albums/cc204/thewaterlemon/adobeprice.html)

            Hal yang bisa dicermati dalam fenomena ini adalah kita patut berbangga hati bahwa desain-desain kita sudah banyak diapresiasi masyarakat. Mungkin tak hanya masyarakat lokal saja, tetapi sudah merambah tingkat nasional dan internasional. Tak jarang juga pameran-pameran yang menampilkan desain dan karya seni anak muda Indonesia.


          
            Untuk soal kemampuan dan keahlian sudah sangat mumpuni lah. Tetapi bagaimana dengan integritas dalam berkarya? Agak miris memang bila banyak yang bangga dengan karyanya padahal dibuat dengan software bajakan. Malah ada yang sampai marah-marah kalau tahu desain buatannya diplagiat oleh orang lain. Memang tidak mudah dan tidak murah. Tapi malah salah bila tidak diusahakan. Toh masih bisa dikejar. Banyak dari teman saya yang mengaku tidak mampu memberi harga desain tertentu. Bila dilihat dari kondisinya mungkin bisa jadi mereka merasa tidak ada modal awal. Anggap saja media komputer atau laptop yang mereka miliki dibelikan oleh orang tua mereka dan software di dalamnya yang bajakan atau isitilahnya "tinggal copy", sehingga mereka tidak merasa mengeluarkan uang sepeser pun untuk mendesain.

            Untuk masalah ini sepertinya runyam ya? Masih belum ada solusi yang benar-benar menyelesaikan masalah ini dengan total. Adobe sempat mengeluarkan Adobe Master Collection CS5: Teacher and Student Edition yang khusus digunakan untuk pendidikan. Meskipun harganya turun hingga $899 (sekitar 8 jutaan rupiah) tetapi masih juga dengan limitasi jenis produk.

                                                                       

Contoh software open source
(www.google.com)

Adanya software open source yang bersifat free-license pun juga masih belum mampu menggantikan software-software sekelas Adobe di hati pengguna software bajakan. Aplikasi vector Inkscape misalnya, tentu memiliki cita rasa dan kemampuan yang jauh berbeda bila disandingkan dengan Adobe Illustrator.

            Harapan penulis adalah adanya perhatian khusus dari vendor software, terutama pada harga yang lebih baik bagi kantong para pelajar. Dan juga bagi pihak pendidikan terkait untuk memberikan fasilitas bagi pelajar dan tidak malah memberi contoh untuk menggunakan software bajakan. Harapannya adalah karya teman-teman yang sangat menarik dilihat dan juga pantas dihargai dan nyaman di hati.